Kamis, 19 Desember 2013

One More Tears



Entah ini rasa kehilangan atau rasa benci. Tapi aku tak akan malu mengakuinya apapun ini. Merasa dekat dengan teman kemudian ditinggalkan begitu saja sangatlah menyakitkan. Walaupun banyak teman selain mereka, tapi aku tak bisa diam jika melihat mereka bersama tanpa aku. Bukan hakku memang untuk melarang mereka. Hingga akhirnya meluapkan emosi dengan berkata sesukaku yang bisa aku lakukan. Aku bukan orang yang ditinggalkan lalu aku akan sendiri selamanya. Sekarang pun aku sebernarya mempunyai banyak teman. Tapi seperti yang ku katakan, aku tak bisa melihat mereka bersama tanpa aku.
Menyakitkan memang. Aku tak pernah mengalami ini sebelumnya. Aku mempunyai sahabat yang menyayangiku begitupula aku juga menyayangi mereka. Ini pertama kalinya aku mengira aku akan mendapatkan sahabat seperti sahabat-sahabatku yang sekarang kami telah terpisah. Aku salah. Sebuah hal yang aku kira adalah emas ternyata hanya besi berkarat. Aku tak mampu menahan emosi. Selalu saja ku ungkapkan dengan sindiran – sindiran yang tak berdampak pada keadaan. Menemukan sekumpulan orang yang aku kira baik ternyata tak ada rasa peka dan keinginan untuk memikirkan perasaan orang lain.
Bermotto ‘biarlah orang berkata apa’. Menurutnya mungkin itu baik. Padahal arti sebernarnya adalah dia menganggap remeh perkataan orang-orang tentangnya. Tak punya rasa malu karena dia bukan seseorang yang mau mendengarkan kritik. Jadilah burukpun berarti dia tetap merasa dirinya ayng paling ampuh.
Sebuah hati yang terluka kemudian terbalut dan akhirnya terluka lagi ini tak mampu lagi menerima keadaan. Semacam menjadi seseorang yang tersisihkan, terbuang, tergeletak. Maaf yang diucapkan ternyata hanya kecerdasan mulut busuk. Bukan lagi rasa simpati, yang ada rasa dengki. Menjadi orang yang mereka dekati ketika ada hal yang penting bukan hal yang mudah. Merelakan, mengikhlaskan diri untuk menjadi demikian sangatlah sulit.
Dulu kita dekat sekali. Bahkan, sampai orang menggunakan namaku untuk mendekatimu. Karena apa? Ketika aku bertanya pada orang itu “Mengapa kau menggunakan namaku?” orang itu kemudian menjawab “Karena aku tau kamu yang paling dekat dengannya”. Bagai menemukan emas yang ternyata adalah besi berkarat.

Usai sudah. Tak ada lagi rasa simpatiku. Tak ada lagi rasa peduliku. Dan tak ada lagi kepercayaan untuk benar-benar mengakui mereka sebagai TEMAN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar